Pada zaman masih sekolah dulu sobat mungkin pernah merasakan yang namanya senioritas, contoh kecilnya kita harus nurut permintaan kakak-kakak osis waktu lagi MOS dan kalau tidak dituruti akan ada sanksi, mana permintaannya itu aneh-aneh lagi, hal tersebut seolah-olah sudah tertanam dalam diri masyarakat nusantara.
Senioritas mudah sekali ditemukan di mana saja, di tempat kerja, sekolah, kampus, tempat nongkrong, organisasi komunitas, ini karena satu atau sekelompok orang yang merasa superior akan pendatang baru ingin menunjukkan gengsinya.
Tidak terkecuali fandom jkt48, wadah para fans idol group jeketi sejak 2011 yang sudah tercium aroma senioritasnya.
Cuma bedanya dulu medio awal 2011-2014, tidak separah belakangan ini. Ya dulu fandom masih sangat alami, mulai dari support member yang solid, tidak ada keributan antar fans yang bisa memecah belah jadi beberapa kubu.
Kalau pun ada keributan paling lawan fans jkt48 itu dulu fansnya cherrybelle, coboy junior dan girlband/boyband lainnya yang bisa dikatakan pesaing jkt48.
Seiring berjalannya waktu, semua sirna. Yang bertahan hanya jkt48, bahkan mereka yang tadinya penggemar chibi mulai mengalihkan perhatiannya untuk ikut mendukung jkt48 juga.
Sejak 2 tahun belakangan sering terjadi perdebatan, terutama ketika dimulainya seorang wota senior yang sudah aktif di fandom, berkata bahwa "Kalo baru ngidol jadi Wota era Reboost sama Wota era ONE jangan berisik." itu menimbulkan kontroversi.
Wota sudah terpecah belah, mulai dari yang sering ke theater, nonton konser dan hadir di handshake event, dengan wota yang sama sekali tidak pernah nonton langsung karena berbagai alasan.
Bahkan fandom yang suka nonton jkt48 langsung pun juga sudah terpecah lagi, ada yang disebut sirkel superior, lebay, wota demachi, sampai yang skyman.
Istilah-istilah seperti, "Kehadiran belum 100 dilarang ribet." mengacu pada wota yang belum pernah nonton teater sampai MVP (100 kali hadir) tidak boleh memberikan kritik dan saran kepada manajemen jkt48.
Pasti, jika ada wota, mengaku sebagai fans far, lalu mengkritisi dan memberi saran bagus kepada jot maka akan diserbu oleh sirkel yang merasa superior dan dipermalukan bersama teman-temannya.
Inilah sisi lain senioritas melekat di fandom jkt48, seakan-akan mereka yang ngidol sejak era generasi pertama dan teater jkt48 di kuningan itu merasa paling berhak buat menghentikan wota yang baru dukung jeketi di era Re:Boost dan ONE.
Cek: Skandal Sachi SGO48.
Ada banyak fans baru yang tertarik dukung jkt48 berkat popularitas adhisty zara eks member yang terkenal karena main film.
Nah, wota baru inilah sering dipandang sinis oleh 'senior', perkataan seperti "Baru dukung jeketi karna zara aja bangga.", apalagi ditambah citra negatif seorang zara di kalangan wota semakin memperburuk keadaan sehingga fans tersebut memilih berhenti mengikuti perkembangan jkt48. Tidak semua, tapi banyak.
"Miris jadi wota, mau bahagia dikit malah diatur sama yang merasa senior. Orang lain punya cara sendiri buat ngidol dan mendukung member. Kalo kayak gini terus orang awam juga pasti males buat terjun ke fandom, keseringan diatur 'sepuh' terus".
Komentar di atas ditemukan di kolom comment instagram, ada benarnya juga. Semua orang memiliki caranya tersendiri buat support jkt48, kita tidak bisa mengatur bahkan manajemen dan member juga gak berhak buat atur-atur.
"Jeketi kan cuma milik wota dan sirkel 'mereka' aja hihihi, bukan seluruh rakyat indonesia, makanya jkt48 susah maju gini-gini doang karena ya gitu deh." timpal komentar lainnya.
Hal begini bakal sulit berakhir, selama jkt48 tidak punya girlband/idol group saingan maka fandom akan terus terpecah dan keributan antar penggemar hampir tiap hari terjadi baik berskala kecil hingga besar di sirkel wota ini.
Foto: haryan Prayogi