Mereka berdua memang kelahiran Jawa Timur, Bonek Mania Suroboyo. Tapi yang bikin para SJW kelabakan sampai komentar pedas itu bukan dari mana Chithlyn Gwynets dan Abel berasal, melainkan usia keduanya. Khususnya Chithlyn, video perkenalan saat JKT48 Joy Kick Tears Handshake Festival kemarin menjadi viral di media sosial. Chitlyn merupakan member Jeketi termuda saat ini.
Chithlyn Gwinet Santoso |
"Sayangnya saya cuma menemukan satu media yang membahas JKT48 mengeksploitasi anak, wanita, dan ruang pribadi yang menjadikan mereka sebagai komoditas. Bagaimana mereka menormalkan para preddator ini melakukannya dengan gadis berusia 10 tahun?" tulis @GariellaAlixia di Twitter.
Sontak tab notifikasinya dipenuhi penggemar JKT48 yang menyerbu dirinya. Seolah trigger dengan kata "Eksploitasi", fans menjelaskan ada kesalahan pemahaman para SJW tentang bagaimana Jeketi memperlakukan para member di bawah umur.
Intinya SJW (Social Justice Warrior) kurang suka dengan Jeketi yang mempekerjakan anak berumur 10 tahun, video cuma sepotong beberapa detik berisi pengenalan diri Chithlyn disambut tepuk tangan meriah para Wota juga kurang tepat sebagai penilaian, seolah-olah fans senang ada member JKT48 yang umurnya 10 tahun.
Salah paham ini menimbulkan degradasi stigma, padahal dari dulu dikasih tahu tempe, kalau JKT48 adalah ibarat sekolah, akademi, yang mendidik para gadis untuk mewujudkan impian mereka. Jeketi bukan warung pijat, ini wadah latihan anak-anak berbakat, mengasah kemampuan mereka, sehingga ketika graduate (lulus) nanti sudah punya modal ilmu & pengalaman dunia entertainment.
Member yang sudah pintar menari dikasih panggung nunjukin bakatnya, fans juga harus bayar kalau mau nonton. Tidak gratis. Mau salaman aja wajib beli tiket dulu kok, foto bareng pun berbayar, so orang lain masuk akademi bayar, mereka masuk Academy JKT48 malah dibayar (gajian). Dapat ilmu, uang, pengalaman, teman baru.